Esai: Merindukan Udara Segar

MERINDUKAN UDARA SEGAR



Beberapa jam lalu, saya membaca WA Story seorang teman. Intinya dia merindukan udara segar, tapi dunia semakin panas dan polusi di mana-mana. 

Sebelum melanjutkan postingan ini, perlu saya katakan bahwa saya tidak ingin menyalahkan orang lain, pemerintah, ataupun kejujuran seseorang terhadap pemikirannya.

Yang ingin saya katakan adalah menyalahkan keadaan yang sudah terlanjur seperti ini, tidak ada gunanya. Daripada saling menyalahkan, alangkah lebih bagusnya untuk berbenah. Saya sendiri mengakui belum bisa terbebas dari penggunaan plastik, tapi sedikit demi sedikit mulai menguranginya, dan saya juga tidak menggunakan sepeda motor menuju tempat kerja, melainkan sepeda pancal (salah satu alasannya juga karena saya tidak bisa menggunakan kendaraan pribadi).

Dan untuk menciptakan udara yang lebih segar, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, seperti: menanam pohon atau mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Bagaimana bisa merindukan udara yang segar, kalau sedikit-sedikit saja pakai sepeda motor, padahal bisa ditempuh dengan jalan kaki atau bersepeda? 

Dunia ini, khususnya Bangil, tempat saya tinggal, memang tidak seperti dulu. Banyak kendaraan. Polusi di mana-mana. Debu-debu bertebaran. 

Mari berbenah dan bergandengan tangan untuk menciptakan lingkungan sehat~







Posting Komentar

0 Komentar