Review Buku: Luka yang Belum Usai

 Luka, tapi Tak Berdarah



Covernya sakit cantik, bukan? Saya sangat menyukai cover buku ini. Dari sanalah saya mulai membacanya, dan ternyata isi bukunya juga tidak kalah cantik dengan cover.

Saya membaca buku ini di Gramedia Digital. Buku Yang Belum Usai, merupakan kumpulan esai dari penggiat Pijar Psikologi, kerja sama antara Yoi Books dan Elex Media.

Judul di atas adalah kalimat yang kerapkali kita dengar di sosial media. Aku terluka, tapi tak berdarah. Aku terluka, tapi tak terlihat. Luka seperti itu merujuk ke psikologi, dalam hal ini bisa psikis atau mental. 

Karena tidak terlihat, luka seperti ini disalah artikan atau mungkin tidak dipahami. Padahal luka ini amat berbahaya. Jika ditumpuk terus-menerus, bisa menganggu kehidupan sehari-hari. Bisa juga membuat penyakit psikis yang serius. 

Setidaknya dalam buku ini, akan dijelaskan bagaimana sebuah luka muncul, cara menghadapi luka, memaafkan, mencintai dan berdamai dengan diri sendiri. 

Secara keseluruhan, buku ini enak dibaca. Walaupun materi yang dibahas sedikit sulit diterima masyarakat, tapi dengan membaca buku ini, saya mengerti bahwa ada banyak aspek kehidupan yang perlu dipelajari lagi. 

Kehidupan bukan tentang masa lalu yang harus diratapi. Kehidupan juga bukan tentang masa depan yang harus dikhawatirkan. Tapi kehidupan adalah tentang hari ini yang harus dijalani dengan sebaik-baiknya. 

Seperti halnya siang dan malam, kesedihan dan kebahagiaan akan datang silih berganti. Buku ini cocok sekali untuk kamu yang sedang mencari jati diri. 

Buku ini mengingatkan saya kepada novel saya yang pertama, judulnya Pacaran. Pacaran diterbitkan oleh cabaca, menceritakan tentang seorang remaja yang tidak ingin pacaran karena memiliki trauma. 


Identitas Buku:
Judul Asli: Yang Belum Usai
Penulis: Pijak Psikologi
Penerbit: Gramedia

Posting Komentar

0 Komentar