Resensi Buku: Sebuah Seni untuk Bersikap Bodoamat






Jika saya boleh mengibaratkan, kehidupan ini seperti memakan apel yang tidak mempunyai definisi pasti tentang bagaimana cara benar untuk memakannya. Kita bisa memakan apel dengan mengupasnya terlebih dahulu; atau memakan langsung dengan kulitnya; atau memotong dadu terlebih dahulu untuk baru dimakan; atau tidak sengaja terjatuh dan menghantam lantai, sehingga mau tidak mau harus kita makan, sekalipun apel itu sudah tidak berbentuk. Itulah apel kita. Kehidupan kita.
Penulis, Mark Manson, menceritakan hal ini pada bukunya. Persetan dengan omongan banyak orang. Apabila kita merasa itu benar, sudah seharusnya dipegang kukuh sekalipun orang-orang mengencam.
Membaca buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat ini, memberikan beberapa pencerahan untuk saya. Salah satunya untuk selalu berpikir negatif.
Saya merupakan seseorang yang senantiasa berpikir positif dan menyalahkan diri sendiri terhadap banyak hal. Dihujat pun berpikir positif, “Ya, itu karena salah saya yang bla bla bla.”
Dikatain pun saya berpikir positif, “Bila saja saya bisa begini, mereka pasti tidak akan begitu.”
Terlebih kalau ada orang yang salah paham kepada saya, saya juga tidak pernah membela diri. Saya tahu itu bukan perbuatan baik kepada diri sendiri setelah membaca buku ini.
Berpikir positif dan negatif haruslah selaras. Logika dimainkan di sini. Apakah ini saat yang tepat untuk berpikir positif? Apakah ini saatnya saya berpikir negatif? Saya sedang berusaha untuk semua itu.
Kemudian ada satu lagi: kita bukan orang istimewa.
Kalimat Mark yang mengatakan kita bukan orang istimewa, cukup memukul relung hati saya. Dulu… dulu sekali, pernah saya menganggap diri sendiri merupakan orang istimewa. Tapi setelah membaca buku ini, saya berpikir, ternyata memang saya bukan orang istimewa. Tidak ada orang yang bisa mengubah diri orang lain sebelum mereka mengubah diri mereka sendiri. Kita juga bukan Tuhan yang bisa membaca pikiran dan hati manusia.
Ada satu hal yang saya setujui tentang pemikiran Mark, yaitu bagaimana kita menggunakan kata-kata kasar untuk mengingatkan orang, mengatasnamakan kebenaran. Itu bukan hal baik.  


Saya pernah punya pengalaman hampir serupa yang dikatakan Mark.
Di suatu hari, saya pernah mencandai seorang teman. Alih-alih tanggapannya membuat saya mengernyitkan kening. Saya bilang kepadanya, “Ya, kalau kamu tidak suka dengan candaan saya, oke, saya tidak akan bercanda lagi. Hanya ada omongan serius untuk kita.”
Saya tidak mau menyalahkan dia atas tanggapannya, maupun menyalahkan diri sendiri lagi. Tapi jawabannya, benar-benar membuat saya terluka.
Saya tertegun untuk waktu lama. Saya menangis. Saya tidak mengira dia akan mengatakan hal seperti itu kepada saya. Dia tidak benar-benar mengetahui kehidupan saya, omongannya terasa sok tahu.
Tapi saya membiarkan hal tersebut. Saya menyesal karena waktu itu tidak membela diri. Mungkin sekarang dia merasa paling benar; merasa paling tahu tentang kehidupan saya.
Bodoamat. Saya tidak akan memperbaiki hubungan buruk ini, sebelum dia meminta maaf dengan tulus. Saya tidak akan mengalah lagi. Itu yang sekarang saya katakan kepada diri sendiri. Bodoamat. Bodoamat. Bodoamat. Hidup saya terlalu berharga hanya untuk dihabiskan dengan pemikiran tersebut. Persetan apa yang dikatakan mereka. Bodoamat. Saya memang nyinyir kok sekarang. Fuck that.
Kembali kepada buku ini, Mark Manson juga menyinggung kematian pada bab terakhir bukunya.
“….Ya, itu membantu saya untuk memanfaatkan hari-hari saya dengan sebaik-baiknya, untuk mengambil tanggung jawab atas pilihan-pilihan saya, dan untuk mengejar mimpi saya tanpa perlu merasa malu atau terkekang.” Hal. 241
Pada suatu hari kita semua akan mati. Dengan selalu mengingat kematian, akan membuat kita berpikir bahwa kehidupan ini terlalu berharga untuk dilewatkan. Lakukan apa pun yang kita mau, asalkan tidak menyalahi peraturan agama dan polisi, lakukan apa pun yang kita mau. Cukup bilang fuck that kepada orang-orang yang selalu merasa dirinya benar dan mendewakan dirinya sendiri. Kita cukup melihat ke depan, dan menjadikan masa lampau kelam, sebagai pelajaran berharga.


Identitas Buku:
Judul Buku     : Sebuah Seni untuk Bersikap Bodoamat
Penulis            : Mark Manson
Penerbit         : Grasindo
Cetakan          : VIII, Agustus 2018
Tebal              : 243 Halaman
ISBN                : 978-602-452-698-6

Posting Komentar

0 Komentar