Resensi Novel: Gadis Minimarket (Sayaka Murata, Gramedia Pustaka Utama)
Menjadi Manusia Normal Seutuhnya
Pertama kalinya Keiko merasa dirinya berbeda adalah sewaktu dia menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Dan hal itu terjadi ketika Keiko masih kecil. Peristiwa itu membuat keluarganya menjadi panik. Keiko diajak ke psikiater. Dia menjalani pemeriksaaan, tapi Keiko tidak juga membaik. Keiko belum tahu bagaimana hidup secara normal itu.
Hingga ketika dewasa, dia pun bekerja di minimarket. Dia bekerja dari lulus SMA, sampai pertengahan tiga puluhan. Dibantu dengan adiknya, Keiko beralasan terus bekerja di minimarket karena harus merawat orang tua. Dari minimarket itulah Keiko belajar bagaimana bersikap. Dia meniru kebiasaan dari teman-temannya. Keiko pun merasa hidup.
Lalu suatu hari minimarket mempunyai pegawai baru bernama Shiraha. Shiraha berusia tidak jauh dengan Keiko. Namun, Shiraha merasa sudah muak dengan hidupnya. Dia selalu berkata seluruh orang masih hidup di Zaman Jomon. Shiraha juga bermalas-malasan kerja.
Serangkain peristiwa pun membuat Keiko serta Shiraha hidup di rumah sama. Pada akhirnya, Keiko pun dituntut Shiraha untuk keluar dari minimarket dan mencari pekerjaan baru yang memiliki gaji lebih besar.
Secara keseluruhan saya sangat menyukai novel ini. Sebuah novel tipis, tapi sarat akan makna.
Setelah membacanya saya mulai memikirkan banyak hal, salah satunya bagaimana orang-orang sekitar yang seolah menentukan Buku Panduan Hidup yang terdiri dari setiap orang harus bekerja, menikah, punya anak, punya rumah, dan lain sebagainya. Di manapun kita hidup, akan ada orang-orang seperti itu.
Akhirnya, segala keputusan memang berada di tangan kita. Sedangkan komentar orang-orang biarkan saja. Hidup terdiri dari pilihan-pilihan kita sendiri.
Posting Komentar
0 Komentar